Makhluk Terbesar di Bumi Ditemukan, Tingginya Setara Gedung 7 Lantai
Paleontolog baru-baru ini menemukan fosil dinosaurus di Argentina, masuk golongan toranosaurus.
Tim paleontolog, seperti dikutip BBC, Sabtu (17/5/2014), mengatakan, "Dinosaurus baru ini adalah hewan paling besar yang pernah hidup di muka Bumi."
Ilmuwan menyimpulkan hal tersebut berdasarkan temuan fosil tulang paha yang ukurannya luar biasa besar, hampir setinggi manusia.
Perkiraan menyebutkan, dinosaurus itu memiliki panjang 40 meter dan tinggi 20 meter dengan leher tegak, setara dengan gedung tujuh lantai.
Mempunyai berat 77 ton, dinosaurus yang baru saja ditemukan itu juga 14 kali lebih berat dari gajah Afrika dan mengalahkan dinosaurus terbesar sebelumnya, Agentinosaurus.
Paleontolog memercayai, dinosaurus jenis tiranosaurus yang ditemukan merupakan pemakan tumbuhan dan hidup pada masa akhir Cretaceous, 95 - 100 juta tahun lalu.
Dinosaurus itu pertama kali ditemukan oleh seorang petani di dekat wilayah La Flecha, sekitar 250 km barat Trelew, Patagonia.
Fosil kemudian diekskavasi oleh tim ilmuwan dari Museum Paleontologi Egidio Feruglio, dipimpin oleh Jose Luis Carbadillo dan Diego Pol.
Tim paleontolog berhasil mengekskavasi tulang belulang dari tujuh individu, sekitar 150 tulang secara total, dalam kondisi yang sangat baik.
Saat ini, ilmuwan belum menamai dinosaurus itu secara resmi. Namanya nanti akan didasarkan pada lokasi tempat penemuan atau petani yang pertama kali menyadari keberadaannya.
Sumber: Kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
76 Tulang Manusia Goa Harimau Akan Dianalisis secara Genetik
Ekskavasi tim Pusat Arkeologi Nasional sejak tahun 2009 telah menemukan total 76 tulang Homo sapiens yang hidup di Goa Harimau dan sekitarnya. Bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, tim arkeolog kini akan melakukan analisis DNA dari tulang itu.
"Kita ingin mengetahui hubungan antara manusia di goa ini dengan manusia sekarang dan manusia-manusia lain di seluruh Nusantara," kata Harry Truman Simanjuntak, arkeolog Pusat Arkeologi Nasional.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Sudoyo saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/5/2014), mengatakan bahwa analisis genetik akan dimulai segera setelah sampel DNA diambil.
"Sabtu ini saya akan berangkat. Di lokasi, kita akan pilah mana bagian yang bisa digunakan. Sampel DNA akan kita ambil dari tulang gigi, kalau ada, atau kalau tidak dari bagian tulang padat," kata Herawati.
DNA yang nantinya diambil akan diisolasi terlebih dahulu sebelum diperbanyak dengan bantuan enzim. Selanjutnya, DNA akan diurutkan dan dibandingkan dengan pusat data DNA manusia Indonesia yang telah dimiliki Eijkman.
"Saat ini kita sudah memiliki database dari berbagai wilayah Nusantara, mulai dari Gayo untuk wilayah yang paling barat sampai sejumlah wilayah Indonesia timur," ungkap Herawati.
Herawati mengatakan, paduan data genetik dan analisis karbon akan mampu mengungkap identitas manusia Goa Harimau, asal usulnya dan kekerabatannya dengan manusia sekitar situs itu saat ini.
Herawati mengatakan, bila usia kerangka antara 1.500 - 3.500 tahun, maka kerangka itu adalah milik manusia yang bermigrasi ke Nusantara dari wilayah Taiwan purba. Bila usianya hingga 20.000 tahun, kerangka itu mungkin milik manusia pertama yang bermigrasi ke Nusantara dari Afrika.
Harry mengungkapkan, sejauh ini, analisis karbon mengungkap bahwa usia 76 kerangka yang ditemukan sekitar 3.500 tahun.
Sumber: Kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
Teliti DNA Manusia Goa Harimau, Arkeolog Akan Ungkap Moyang Bangsa Indonesia
Siapa nenek moyang bangsa Indonesia? Dengan meneliti DNA kerangka manusia di Goa Harimau, arkeolog berniat mengungkapnya.
Sejumlah 76 kerangka yang akan dianalisis didapatkan dari ekskavasi tim arkeologi Pusat Arkeologi Nasional sejak tahun 2009 di Goa Harimau, Sumatera Selatan.
Analisis DNA akan dilakukan lewat kerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta.
Direktur Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo mengatakan, proses akan dimulai dengan isolasi, perbanyakan DNA, dan analisis dengan membandingkan DNA dari manusia Indonesia saat ini.
Ia mengatakan, Eijkman sudah memiliki data DNA dari manusia Indonesia, mulai dari Gayo hingga sejumlah wilayah di Indonesia Timur.
Arkeolog Pusat Arkeologi Nasional yang terlibat riset Goa Harimau mengatakan, analisis DNA akan membantu mengungkap atau membuktikan teori tentang leluhur bangsa Indonesia.
"Kita bisa mengungkap apakah manusia di Goa Harimau memiliki kekerabatan dengan manusia modern saat ini di sekitarnya," katanya kepada Kompas.com, Senin (19/5/2014).
"Secara regional, kita juga bisa membandingkan dengan manusia di wilayah Sumatera dan lainnya, mengetahui kekerabatannya dengan manusia Indonesia," imbuhnya.
Harry mengatakan, analisis karbon yang telah dilakukan mengungkap bahwa kerangka manusia di Goa Harimau berusia 3.500 tahun.
Ia memercayai bahwa kerangka itu adalah manusia Austronesia yang bermigrasi ke Nusantara dari Formosa ke wilayah Nusantara. "Mereka adalah leluhur bangsa kita," katanya.
Teori bahwa manusia Indonesia berasal dari Formosa telah disinggung dalam banyak literatur.
Riset DNA manusia Goa Harimau dapat menguatkannya.
Sumber: Kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
Remaja 15 Tahun Kembangkan Cara Murah Tes HIV

Simon Fraser University
Remaja putri berusia 15 tahun dari York House School di Vancouver, Kanada, Nicole Ticea, mengembangkan inovasi menarik, cara murah tes HIV.
Cara murah tes HIV diperlukan karena banyak orang yang terinfeksi HIV hidup di tempat di mana fasilitas tes kurang memadai.
Tes HIV pada umumnya, seperti metode ELISA, menentukan status seseorang positif atau negatif berdasarkan antibodi yang terdeteksi.
Namun, cara Ticea berbeda. Metode yang dikembangkan Ticea menentukan status seseorang berdasarkan ada tidaknya virus HIV itu sendiri di dalam darah.
Untuk melakukan tes, pengguna cukup meneteskan darah pada sebuah cip. Hasil tes akan didapatkan sesaat kemudian. Tes ini cuma sedikit lebih sulit dari tes kehamilan.
Cara yang dikembangkan Ticea berguna karena bisa menentukan status seseorang walaupun tubuhnya belum memproduksi antibodi. Cara ini meniadakan masa jendela.
Selain itu, dengan biaya yang murah, cara yang dikembangkan Ticea juga mengatasi tes HIV berbasis ada tidaknya virus yang selama ini mahal dan memakan waktu.
Metode tes yang dikembangkan Ticea bernama Isothermic Nucleic Acid Amplification. Ticea berkolaborasi dengan Simon Fraser University untuk mengembangkannya.
Diberitakan situs IFLScience.com, Senin (12/5/2014), Ticea menjadi juara pertama dalam ajang Sanofi BioGENEius Challenge wilayah British Columbia lewat inovasinya.
Minggu depan, inovasi Ticea akan maju ke tingkat nasional. Bila menang, Ticea akan maju ke kompetisi internasional di San Diego, Amerika Serikat.
sains.kompas.com
Sperma Raksasa Tertua Ditemukan, Panjangnya 23 Kali Milik Manusia
Sperma raksasa berusia 17 juta tahun ditemukan di situs Riversleigh, dekat Queensland, Australia. Sperma raksasa itu adalah milik organisme golongan ostracoda, sejenis udang-udangan, kadang disebut udang biji.
Bersama sel sperma, ditemukan juga organ Zenker, organ berbahan kitin, berfungsi mentransfer sperma kepada betina, yang terawetkan dengan baik. Panjang sperma ostracoda 1,3 mm, sedikit lebih besar dari ukuran ostracoda itu sendiri dan 23 kali lebih besar dari sperma manusia (sekitar 0,055 mm).
"Ini adalah fosil sperma tertua yang pernah ditemukan," kata Mike Archer, peneliti Sekolah Biologi, Kebumian, dan Lingkungan, Universitas New South Wales, yang telah mengekskavasi Riversleigh selama 35 tahun.
Cerita penemuan fosil sperma tertua itu bermula ketika Archer bersama rekannya, Suzanne Hand dan Henk Godthelp, mengoleksi spesimen ostracoda dari situs Bitesantennary di Riversleigh pada tahun 1988.
Sampel itu lalu dikirim kepada John Neil, spesialis ostracoda dari La Trobe University. Neil bekerja sama dengan spesialis lain, Renate Matzke-Karasz dari Ludwig Maximilian University, di Munich, dan Paul Tafforeau dari European Synchrotron Radiation Facility di Perancis.
Analisis mikroskopik pada spesimen menunjukkan bahwa organ dalam makhluk itu masih dalam kondisi baik. Dalam organ dalam itu, ilmuwan menemukan sperma raksasa beserta inti sel-nya yang mengandung materi genetik.
"Sekitar 17 juta tahun lalu, situs Bisantennary adalah goa di tengah hutan hujan yang kaya keanekaragaman hayati. Ostracoda yang kecil hidup di genangan dalam goa yang yang terus diperkaya oleh kotoran ribuan kelelawar," ungkap Archer seperti dikutip Physorg, Rabu (14/5/2014).
Suzzane Hand, ahli kelelawar yang sudah punah, menuturkan, kotoran kelelawar bisa jadi juga memainkan peranan penting dalam mengawetkan sperma raksasa. Kotoran kelelawar membuat air kaya akan fosfor, memicu mineralisasi jaringan-jaringan lunak pada ostracoda.
Beragam temuan menarik dihasilkan dari ekskavasi di Riversleigh. Namun, temuan berupa sperma yang terawetkan beserta dengan inti selnya ini menurut Archer di luar dugaan dan istimewa. Riset dipublikasikan di jurnal Royal Society B.
sains.kompas.com
Bersama sel sperma, ditemukan juga organ Zenker, organ berbahan kitin, berfungsi mentransfer sperma kepada betina, yang terawetkan dengan baik. Panjang sperma ostracoda 1,3 mm, sedikit lebih besar dari ukuran ostracoda itu sendiri dan 23 kali lebih besar dari sperma manusia (sekitar 0,055 mm).
"Ini adalah fosil sperma tertua yang pernah ditemukan," kata Mike Archer, peneliti Sekolah Biologi, Kebumian, dan Lingkungan, Universitas New South Wales, yang telah mengekskavasi Riversleigh selama 35 tahun.
Cerita penemuan fosil sperma tertua itu bermula ketika Archer bersama rekannya, Suzanne Hand dan Henk Godthelp, mengoleksi spesimen ostracoda dari situs Bitesantennary di Riversleigh pada tahun 1988.
Sampel itu lalu dikirim kepada John Neil, spesialis ostracoda dari La Trobe University. Neil bekerja sama dengan spesialis lain, Renate Matzke-Karasz dari Ludwig Maximilian University, di Munich, dan Paul Tafforeau dari European Synchrotron Radiation Facility di Perancis.
Analisis mikroskopik pada spesimen menunjukkan bahwa organ dalam makhluk itu masih dalam kondisi baik. Dalam organ dalam itu, ilmuwan menemukan sperma raksasa beserta inti sel-nya yang mengandung materi genetik.
"Sekitar 17 juta tahun lalu, situs Bisantennary adalah goa di tengah hutan hujan yang kaya keanekaragaman hayati. Ostracoda yang kecil hidup di genangan dalam goa yang yang terus diperkaya oleh kotoran ribuan kelelawar," ungkap Archer seperti dikutip Physorg, Rabu (14/5/2014).
Suzzane Hand, ahli kelelawar yang sudah punah, menuturkan, kotoran kelelawar bisa jadi juga memainkan peranan penting dalam mengawetkan sperma raksasa. Kotoran kelelawar membuat air kaya akan fosfor, memicu mineralisasi jaringan-jaringan lunak pada ostracoda.
Beragam temuan menarik dihasilkan dari ekskavasi di Riversleigh. Namun, temuan berupa sperma yang terawetkan beserta dengan inti selnya ini menurut Archer di luar dugaan dan istimewa. Riset dipublikasikan di jurnal Royal Society B.
sains.kompas.com
Monster Laut Purba Baru Ditemukan, Disebut "Hiu Godzilla"
Monster laut yang merupakan salah satu jenis hiu purba itu ditemukan di pegunungan Monzano, sebelah timur Albuquerque, New Mexico. Hodnett pertama kali menemukan ujung hidung hiu itu yang tertancap pada sebuah batu sebelum kemudian menggalinya.
Hodnet dan tim peneliti yang terlibat penemuan menyebut jenis hiu purba itu sebagai "hiu godzilla". "Kami menyebutnya demikian karena karakteristik fisiknya," katanya seperti dikutip Discovery, Kamis (15/5/2014).
Beberapa karakteristik yang menyerupai godzilla, menurut peneliti, adalah gigi yang pendek dan tajam, tulang sirip punggung yang lebih besar dari bagian tubuh lainnya, kulit tubuh yang kasar menyerupai reptil, serta ukurannya yang sangat besar.
"Rata-rata ikan yang ditemukan di lokasi penemuan berukuran 7 inci. Fosil hiu terbesar yang pernah ditemukan sebelumnya hanya 1,5 kaki. Hiu godzilla yang ditemukan berukuran 7-9 kaki dan akan meneror makhluk-makhluk kecil di sekitarnya," kata Hodnett.
Analisis dengan CT Scan mengungkap bahwa hiu godzilla ini punya wajah yang tak kalah aneh. Bagaimana tidak, spesies ini memiliki gigi di bibir. Gigi di dalam mulut tetap ada, tetapi jenis ini memiliki gigi ekstra di luarnya.
Apa gunanya? Hodnett mengatakan, tak seperti hiu modern yang bisa langsung memangsa dengan membuka mulut, jenis hiu purba ini harus mendorong rahangnya ke arah mangsa terlebih dahulu sebelum memakannya.
"Jadi memiliki gigi di bibir mungkin membantu memegang dan mengamankan mangsa sebelum membunuhnya. Sederhananya, gigi ekstra di luar mulut hiu godzilla memberi kemampuan menggigit yang lebih baik dengan rahang yang dimilikinya," urai Hodnett.
"Rata-rata ikan yang ditemukan di lokasi penemuan berukuran 7 inci. Fosil hiu terbesar yang pernah ditemukan sebelumnya hanya 1,5 kaki. Hiu godzilla yang ditemukan berukuran 7-9 kaki dan akan meneror makhluk-makhluk kecil di sekitarnya," kata Hodnett.
Analisis dengan CT Scan mengungkap bahwa hiu godzilla ini punya wajah yang tak kalah aneh. Bagaimana tidak, spesies ini memiliki gigi di bibir. Gigi di dalam mulut tetap ada, tetapi jenis ini memiliki gigi ekstra di luarnya.
Apa gunanya? Hodnett mengatakan, tak seperti hiu modern yang bisa langsung memangsa dengan membuka mulut, jenis hiu purba ini harus mendorong rahangnya ke arah mangsa terlebih dahulu sebelum memakannya.
"Jadi memiliki gigi di bibir mungkin membantu memegang dan mengamankan mangsa sebelum membunuhnya. Sederhananya, gigi ekstra di luar mulut hiu godzilla memberi kemampuan menggigit yang lebih baik dengan rahang yang dimilikinya," urai Hodnett.
Sumber: Kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
Menurut Riset, Jodoh Kita Cenderung Orang yang Ber-DNA Sama
Cukup sering disebut pasangan suami istri adalah dua jiwa berbeda yang dipersatukan. Namun, riset genetik menunjukkan bahwa suami istri di dunia ternyata memiliki DNA yang sama.
Ben Domingue dari University of California meneliti 800 pasangan suami istri di dunia dan pria dan wanita yang sengaja dipasangkan secara acak. Ia menganalisis DNA orang-orang itu dan membandingkan dengan pasangannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepasang suami istri cenderung memiliki kesamaan genetik. Ini seperti ungkapan dalam bahasa Inggris, "birds of the same feather flock together", mereka yang memiliki kesamaan berkumpul atau bersatu.
Domingue mengatakan, hal itu bisa jadi merupakan konsekuensi dari orang yang cenderung memilih pasangan dari etnis yang sama atau tinggal berdekatan. Orang juga cenderung memilih pasangan dengan tinggi, hobi, dan latar belakang pendidikan yang sama.
Diberitakan Daily Mail, Selasa (20/5/2014), riset yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences ini bertentangan dengan hasil riset sebelumnya yang menemukan bukti bahwa manusia cenderung tertarik pada yang berbeda.
Riset sebelumnya menyatakan, manusia memilih pasangan yang berbeda dengan alasan meningkatkan kekebalan tubuh. Bila mengawini individu yang bertolak belakang, keturunan akan memperoleh keuntungan berupa kekebalan terhadap lebih banyak sumber penyakit.
Hasil penelitian kali ini sejalan dengan hasil studi peneliti State University of Michigan pada 2010 yang menyatakan bahwa manusia cenderung memilih jodoh yang merupakan cermin dari dirinya.
Sumber: Kompas.com
*Hak cipta milik kompas.com
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar